.SELAMAT ULANG TAHUN MALL PEKANBARU KE-7 DAN TELKOM KE-154.MAJU TERUS PEMUDA-PEMUDI INDONESIA !!

Sabtu, 30 Oktober 2010

Seputar Blog Ini

Kami salah satu peserta dari SMA Plus Taruna Andalan sengaja membuat desain dengan efek kusam dan tua. Desain ini sengaja kami buat untuk mengingatkan zaman TEMPOE DOELOE dimana para pemuda berjuang untuk menyatukan kembali pemuda-pemudi indonesia yang bertumpah darah INDONESIA dan berbahasa satu yaitu bahasa INDONESIA.
Desain yang terkesan tua ini hanya untuk mengingatkan kita betapa kerasnya pemuda indonesia TEMPOE DOELOE. Betapa pentingnya pemuda sekarang berjuang untuk negara kita negara INDONESIA, sama seperti pemuda TEMPOE DOELOE.
Kami juga menambahkan desain batik dimana menjadi khas pakaian asli Indonesia.Kita harus mempertahankan apa yang seharusnya menjadi milik kita ..
HIDUP PEMUDA INDONESIA
AKU CINTA INDONESIA.
thxz

Pemuda Indonesia, Dulu dan Kini

”Berilah aku seratus orang tua. Dengan seratus orang tua ini aku akan memindahkan Gunung Semeru. Tetapi, beri aku sepuluh pemuda, karena dengan mereka aku akan mengguncangkan dunia.”

Demikian seruan Ir Soekarno pada Kongres II Partai Nasionalis Indonesia (PNI) yang menunjukkan bahwa Bung Karno begitu menghargai pemuda dan menunjukkan betapa kuatnya pemuda. Berlebihankah pernyataan Presiden Republik Indonesia pertama itu? Tentu tidak. Sejarah telah membuktikan betapa pentingnya arti pemuda dalam pergerakan kebangsaan.Pemudalah yang menjadi lokomotif perjuangan kemerdekaan di Indonesia dan penyeru kebangkitan nasional.

Telah banyak peristiwa yang terjadi pada masa perjuangan kemerdekaan Indonesia yang diprakarsai para pemuda. Misalnya, Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928,berdirinya Budi Utomo pada 20 Mei 1908 yang sekarang kita peringati sebagai Hari Kebangkitan Nasional,dan Proklamasi 17 Agustus 1945.

Pada masa itu para pemuda bersatu padu mewujudkan cita-cita memerdekakan bumi pertiwi tanpa membeda-bedakan suku,agama,dan kebudayaan demi satu tujuan,yakni Indonesia merdeka.Sekarang di mana semangat para pemuda itu? Para pemuda sekarang mayoritas hanya diam, peduli pada nasib masing-masing. Jiwa nasionalis dan sosial seakan memudar. Kalaupun ada yang peduli pada nasib bangsa ini,jumlahnya tidak lebih besar dari yang apatis.

Bahkan, banyak dari mereka yang ”peduli” hanya berteriak-teriak memprotes pemerintah tanpa bergerak sendiri, bertindak, atau berkontribusi untuk mengisi kemerdekaan dengan kegiatan yang berarti untuk kemajuan bangsa. Jarang ditemukan, misalnya tindakan konkret seperti memberi pendidikan pada anak-anak yang kurang mampu dengan mendirikan kelompok- kelompok belajar, atau kegiatan lain sesuai kemampuan dan keahlian dari para pemuda Indonesia sendiri.Lebih ironis lagi, pemuda masa kini justru dianggap sebagai generasi yang kurang produktif, kurang bertanggung jawab, dan mudah terpengaruh.

Namun, tentu saja pemuda saat ini juga masih berperan untuk bangsa ini.Kita masih sering melihat bagaimana para pemuda menentang kebijakan pemerintah yang tidak berpihak pada rakyat.

Misalnya, disahkannya Undang-Undang No 9/2009 tentang Badan Hukum Pendidikan (UU BHP) beberapa waktu lalu, yang pada akhirnya dibatalkan atas desakan masyarakat dan mahasiswa. Namun, rakyat masih berharap lebih dari peran pemuda. Peran itu adalah pemuda dituntut ikut andil dalam memajukan dan menyejahterakan bangsa. Karena itu, pemuda Indonesia kini harus segera berbenah diri demi kemajuan bangsa ini.Indonesia butuh pemuda yang idealis, nasionalis, berjiwa patriot, ikhlas, cerdas, dan cepat dalam bertindak.

Sumpah Pemuda Indonesia 28 Oktober 1928

Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928, saat itu para Pemuda Indonesia berani untuk bersumpah satu nusa, satu bangsa dan satu bahasa. Padahal saat itu kondisi pemuda Indonesia masih merupakan pemuda yang terjajah. Pemuda Indonesia berani bersumpah untuk mimpi-mimpinya.

Tanggal 28 Oktober 2010 kita bangsa Indonesia akan memperingati hari Sumpah Pemuda ke 82. Sumpah Pemuda merupakan suatu moment pada zaman pergerakan yang mengikatkan bangsa ini menjadi suatu bangsa yang satu bernama Indonesia. Berbangsa yang satu, berbahasa yang satu, dan bertanah air yang satu, Indonesia.

Dalam peringatan ini sebagai pemuda dan pemudi Indonesia, penerus cita-cita mulia para pahlawan, harusnya kita merasakan makna dari sumpah pemdua ini.

Memaknai apa tujuan para pahlawan-pahlawan pemuda pada saat itu, sehingga dengan sumpah pemuda kita dapat melakukan suatu hal yang berguna bagi bangsa dan negara.

Pemuda pemudi Indonesia saat ini yang dapat kita lihat sendiri, mereka kurang memaknai hari sumpah pemuda ini.

Melewatkan hari ini seperti biasa, tidak memberikan kesan spesial di hati mereka. Apalagi dengan adanya westernisasi yang menghinggapi para pemuda pemudi Indonesia. Mereka menjadikan "Barat" sebagai kiblat. Dengan begitu rasa nasionalisme yang mereka rasakan pun menjadi semakin terkikis dengan semakin derasnya globalisasi, westernisasi, dan modernisasi.

Mereka seakan tidak peduli lagi dengan permasalahan bangsa, mementingkan kesenangan mereka sendiri. Semangat berjuang yang loyo karena terfasilitasi akses yang mudah.

Oleh karena itu, dalam peringatan sumpah pemuda kali ini maka marilah kita semua menumbuhkan semangat untuk bangkit membangun Indonesia, menyatukan jiwa ke Indonesiaan kita untuk membangun bangsa Indonesia menjadi lebih baik.

Perjuangan yang bukan lagi mengandalkan fisik saja seperti zaman pra kemerdekaan akan tetapi otak dan keahlian juga bisa menjadikan alat perjuangan.

Awal Bangkitnya Pemuda Indonesia




Sumpah Pemuda merupakan sumpah setia hasil rumusan Kerapatan Pemoeda-Pemoedi Indonesia atau dikenal dengan Kongres Pemuda II, dibacakan pada 28 Oktober 1928. Tanggal ini kemudian diperingati sebagai “Hari Sumpah Pemuda”.
Rumusan Sumpah Pemuda ditulis Moehammad Yamin pada sebuah kertas ketika Mr. Sunario, sebagai utusan kepanduan tengah berpidato pada sesi terakhir kongres. Sumpah tersebut awalnya dibacakan oleh Soegondo dan kemudian dijelaskan panjang-lebar oleh Yamin.
Dan isinya adalah:
SOEMPAH PEMOEDA
Pertama :
- KAMI POETRA DAN POETRI INDONESIA MENGAKOE BERTOEMPAH DARAH JANG SATOE, TANAH AIR INDONESIA
Kedua :
- KAMI POETRA DAN POETRI INDONESIA, MENGAKOE BERBANGSA JANG SATOE, BANGSA INDONESIA
Ketiga :
- KAMI POETRA DAN POETRI INDONESIA MENGJOENJOENG BAHASA PERSATOEAN, BAHASA INDONESIA
Djakarta, 28 Oktober 1928

Prestasi Pemuda Indonesia

Prestasi pemuda Indonesia di kancah internasional bisa menjadi contoh nyata dari istilah kebangkitan itu. Prestasi itu sungguh memikau baik di olimpiade sains, kompetisi olahraga, maupun riset. Prestasi ini dapat membongkar stigma negatif yang selama ini terlanjur melekat bagi Indonsia. Kenyataan ini menandakan bahwa sebenarnya kaum muda Indonesia memiliki kualitas luar biasa bahkan mengungguli negara-negara barat. Beberapa prestasi ini menjadi alasan bagi banyak orang yang beranggapan bahwa Indonesia bisa jaya oleh pemuda. Bahkan seperti sudah menjadi keperacayaan bagi banyak orang bahwa sebenarnya bangsa Indonesia ini bisa maju jika dipimpin oleh kaum muda.
Namun prestasi internasional itu tidak sebanding dengan prestasi dalam negeri sendiri. Di negeri ini kaum muda masih diabaikan. Ongkos politik dan sosial untuk menjadi seorang pemimpin di Negara ini sunguh luar biasa besar, modal inilah yang belum dimiliki kaum muda Indonesia. Meski ada semangat yang berkobar dan patriotisme tinggi tapi masih belum mampu memuluskan jalan menjadi pemimipin. Lagipula budaya timur itu sangatlah susah dirubah, masyarakat indonesia masih sangat tidak percaya bila dipimpin oleh orang muda. Bilapun ada contoh kaum muda menjadi pemimpin di negeri ini bukanlah murni karena kompetensi yang dimilikinya tetapi karena faktor lain seperti ketampanan fisik, ketenaran, dan kekayaan. Keran kepemimpinan itu harus dibuka bagi kaum muda.
Fakta yang terjadi di Amerika itu, mungkin bisa membuka mata para pemimpin bangsa ini, bahwa tak selamanya yang tua lebih bagus, meski memiliki pengalaman, namun tak bisa menjustifikasi bahwa anak muda tidak punya semangat meraih pengalaman yang jauh lebih bagus lagi dari kaum tua itu. Kaum muda justru memiliki semangat besar dan energi tinggi untuk meraih mimpinya. Kaum muda punya keberanian (sesuatu yang tidak dimiliki pemimpin bangsa saat ini) mendobrak kebiasaan buruk yang menurut sebagian orang sudah menjadi budaya. Kaum muda punya nyali tinggi menghadapi kedzaliman. Dan kaum muda punya kemauan keras untuk belajar.
Masih teringat oleh kita 100 tahun yang lalu. Masa dimana Indonesia merasa itulah momen yang tepat menunjukkan kebangkitan bangsa ini dari penjajahan Belanda dengan berdirinya Budi Utomo. Siapa yang mengusungnya? Tokoh tua kah? Kita lihat juga saat bersejarah ketika seluruh pemuda Indonesia mengikrarkan sumpahnya tahun 1928 sehingga membuat penjajah kalang kabut. Siapa yang melakoninya, apakah kaum tua? Demikian juga kalau bukan para pemuda yang mendesak Soekarno dan Hatta untuk mendeklarasikan kemerdekaan Indonesia tahun 1945 mungkin sampai saat ini Indonesia masih menjadi bangsa terjajah. Kemudian siapa yang menggulingkan kediktatoran Orde Baru? Dan masih banyak sebenarnya bukti-bukti sejarah yang menunjukkan peran pemuda meraih kejayaan bangsa, namun sepertinya sederetan bukti itu tidak cukup bagi para elit untuk menempatkan pemuda sebagai human capital bagi negeri ini.
Indonesia adalah bangsa yang tidak pernah belajar dari sejarah. Pernyatan inilah yang akhirnya sering menjadi momok sekaligus tameng bagi setiap kegagalan yang dialami bangsa ini. Pertanyaan yang harus kita jawab bersama adalah kenapa kita tidak mau belajar dari sejarah? Melalui momentum sejarah 100 tahun kebangkitan nasional ini mudah-mudahan bisa membuka mata telinga kita bahwa banyak anak muda yang berpotensi diluar sana yang siap membangun bangsa ini, membuatnya menjadi bangsa yang besar dan disegani bangsa lain.
100 tahun sudah lah cukup bagi kita belajar dari sejarah bangsa ini. Sekaranglah momentumnya menunjukkan kembali kejayaan bangsa ini. Mari kita keluar dari keterpurukan pembenahan sistem internal bangsa ini yang tak kunjung usai. Mari kita bangkit dari perbudakan neo kapitalisme globalisasinya barat, merdeka dari segala belenggu regulasi internasional yang memaksa Indonesia terus membungkuk. Kinilah saatnya Indonesia bangkit.
Jika PricewaterhouseCoopers Internasional telah memperkirakan bahwa Indonesia akan menjadi lima negara besar dunia pada tahun 2050. Namun dugaan saya perkiraan itu jauh bisa dipercepat jika dari sekarang kaum muda dilibatkan dalam pembangunan bangsa.

PEMUDA DAN KOMITMEN KE-INDONESIA-AN

Diskursus tentang pemuda dalam komitmen ke-Indonesia-an sebenernya sudah ada sejak lama, semenjak para pemuda bangsa ini menyadari tentang pentingnya integrasi komunal dan visi perjuangan untuk merebut kemerdekaan. Dalam sejarah, Indonesia menempatkan pemuda di elemen yang vital dalam perjuangan bangsa dan perubahan sosial. Sekilas memang ungkapan tersebut seperti klise dan stereotipikal, tetapi harus di akui bahwa pemuda masih kontesktual untuk dijadikan wacana simbolik untuk perubahan. Hal tersebut dibuktikan dengan peran pemuda dalam “sumpah pemuda” 1928, di mana para pemuda saat itu dengan menanggalkan label suku, ras dan agama behasil mengikat diri dalam visi kebangsaan. Momentum “sumpah pemuda” itulah yang sampai saat ini masih di akui oleh segenap sejarawan sebagai embrio kebangsaan sekaligus identitas diri yang diberi nama Indonesia. Deklarasi “sumpah pemuda” pada tanggal 28 Oktober 1928 merupakan barometer pejuangan pemuda yang terukir dalam sejarah kemerdekaan Indonesia dalam mengusir penjajah, karena deklarasi “sumpah pemuda” mampu meluluhkan fanatisme dan egoisitas perjuangan yang bersifat kedaerahan dan semua menyatu dalam semangat nasionalisme. Semangat inilah yang nantinya menjadi embrio persatuan yang melahirkan kekuatan besar dalam mengusir penjajah sampai pada akhirnya Indonesia meraih kemerdekaan.
Atas pejuangan yang di pelopori kaum muda, Indonesia dapat meraih kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945, yang pada hakikatnya masih bersifat transisional. Sebab kemerdekaan yang di capai itu belum bersifat final, tetapi itu hanya baru merupakan sebuah jembatan yang menjadi prasyarat dalam menata kehidupan berbangsa dan bernegara. Hal tersebut menunjukan bahwa tugas pemuda belum selesai, karena kemerdekaan yang dicapai oleh bangsa Indonesia baru sebatas kemerdekaan fisik dari cengkraman penjajah. Karena cita-cita ideal yang harus dicapai adalah terbentuknya suatu pemerintah Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan tumpah darah dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berlandaskan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial adalah sejumlah deretan pekerjaan sangat berat yang sangat membutuhkan keterlibatan pemuda.
Pertanyan mendasar yang kemudian muncul adalah, apakah peran pemuda masih efektif dan signifikan pada masa pasca kemerdekaan? Apakah pemuda masih memiliki political commitment untuk mempersatukan komponen kekuatan di Indonesia?
Kalau kita melihat tentang keterlibatan pamuda dalam sikap nasionalisme pemuda sebagai embrio yang membawa Indonesia meraih kemerdekaan adalah sebagai cradle of democracy di Indonesia. Akan tetapi apabila kita bijaksana dalam memaknai arti dinamika gerakan, maka dengan cepat kita akan menyadari bahwa tidak akan ada pola atau frame gerakan yang permanen atau absulut. Yang ada hanya perubahan. Seperti itulah ungkapan tesis Enstein melalui teori relatifitasnya. Apalagi kalau dimensinya sudah berperspektif politik. Artinya, tuntutan perubahan adalah suatu konsekuensi mutlak yang harus dihadapi oleh orang atau organisasi. Hal itulah yang tampak terhadap peran dan eksistensi pemuda pasca kemerdekaan Indonesia. Secara sadar peran pemuda pesca kemerdekaan telah mengalami pergeseran orientasi. Kalau pada pra kemerdekaan, pemuda masih bisa mempersatukan diri dengan sumpah pemudanya, karena lebih disadari oleh kepentingan bersama untuk mengusir penjajah. Makna esensi dari sebuah persatuan dan kebersamaan yang bersifat universal itu secara perlahan mengalami penyusutan, dikarenakan telah memiliki varian kepentingan yang berbeda. Sebagi konsekuensi dari implikasi penyusutan persatuan dan kebersamaan adalah terjadinya pengakomodasian sumber daya yang ada, tidak lagi mempresentasikan secara komprehensif kepentingan bersama, maka akibatnya terjadilah split kepentingan kelompok pemuda. Akibatnya, perjalanan demokrasi Indonesia mengalami inkonsistesi atau distorsi dari benih demokrasi yang ditanam oleh pemuda pada Oktober 1928 itu.
Pada masa penjajahan pemuda dengan berani melawan segala bentuk penindasan dalam berjuang mencari kemerdekaan. Harus kita akui bersama bahwa pengorbanan dan inisiatif-inisiatif pemuda sangatlah besar yang mewarnai sejarah hingga bangsa ini merdeka. Akantetapi dengan kondisi Negara Kesatuan Republik Indonesia yang telah berdaulat ini tentunya tantangannya menjadi lain. Tantangan di masa Indonesia telah berdaualat ternyata tidak kalah kompleksnya jika dibandingkan dengan jaman penjajahan. Dikala bangsa ini menentukan nasibnya sendiri, pada saat bersamaan tantangan yang dihadapi pun tidak kecil. Hal tesebut banyak sekali menyeret pemuda masuk kedalam lingkaran pragmatisme kekuasaan, apa lagi di pasca reformasi Indonesia yang telah banyak merubah bangsa ini dalam tatanan berbangsa dan bernegara terutama di bidang politik dalam kerangka membangun sistem politik, yang ikut bersinggungan saling mempengaruhi perubahan tatanan budaya dan prilaku politik.
Oleh karena itu pemuda harus mereposisi pola peran yang dimainkan di masa yang akan datang dengan lebih pro aktif dan bernuansa sebagai moral force dan pemuda harus mengembalikan citra historis 28 Oktober 1928 sebagai perekat dari berbagai komponen kekuatan Negara dalam mewujudkan sebuah tatanan politik di Indonesia. Selain itu pun pemuda harus berupaya secara serius dengan kreatifitas politiknya yang lebih akurat dalam memainkan peranan sebagai perekat dari berbagai komponen kekuatan Negara. Sebab yang dihadapi bukan lagi seperti penjajah tempo dulu, dimana kebersamaan dan persatuan lebih mudah dicapai, ketimbang dengan perjuangan untuk mengarah kepada sebuah kehidupan berbangsa yang demokratis, yang dimana objeknya bukan lagi musuh, tetapi saudara sebangsa sendiri yang memiliki ragam dan kompleksitas kepentingan yang berbeda.
engan kondisi seperti itu, maka yang harus menjadi sikap kaum muda adalah komitmen dan kesadaran bersama untuk selalu belajar dari setiap proses perubahan. Dalam hal ini bertujuan, agar motivasi dan orientasi dari setiap perubahan akan berujung pada kristalisasi nilai kebaikan yang bersifat progresif dari kondisi sebelumnya. Hal ini yang menjadikan substansi dasar dari keinginan kita kaum muda untuk selalu berubah. Dengan pendekatan ini, kaum muda akan mampu mengidentifikasikan peran yang harus dimainkan dari setiap dinamika kehidupan yang dihadapinya. Apakah pemuda mampu mempertahankan eksistensinya sebagai central look khususnya menjadi lokomotif agent of change dalam mengawal setiap proses yang bersentuhan langsung dengan kepentingan publik. Karena dalam perkembangannya di Indonesia, eksistensi pemuda tidak bisa dipandang “sebelah mata” . Eksistensi pemuda sangatlah signifikan dan menjadi “juru kunci” yang menentukan dalam proses politik dan gerak demokrasi suatu bangsa. Terlepas dari dinamika politik yang diperankan oleh pemuda.

Menggagas Peran Pemuda dalam Perspektif Kebangsaan dan Kenegaraan serta Kedaerahan

Pasca proklamasi kemerdekaan RI dari ‘penjajahan’ fisik menjadikan semangat Sumpah Pemuda untuk menjadikan bangsa Indonesia bangsa yang satu masih terus terasa. Ini terlihat dari berbagai aksi gerakan-gerakan mahasiswa yang terjadi di Indonesia. Perlawanan progresif penjajahan gaya baru terus dilakukan. Karena pengaruh penjajahan fisik yang terjadi di negeri selama + 350 tahun lamanya maka imperalisme gaya baru pun masih membelenggu negeri ini. Perlawanan mahasiswa pasca kemerdekaan fisik terus dilakukan untuk melawan imprealisme dan sekulerisme. Perlawanan imprealisme gaya baru terus dilakukan sampai memuncak penculikan mahasiswa pada kasus MALARI yaitu peristiwa pembantaian aktivis mahasiswa dan penangkapan karena menolak/melawan rezim ketika itu. Ini adalah peristiwa bersejarah bagi mahasiswa. Demontrasi anti-penjajahan terus dilakukan, anti-utang luar negeri dan anti kapitalisme.
Peristiwa MALARI (Malapetaka 15 Januari) dilatarbelakangi oleh penolakan mahasiswa terhadap datangnya pejabat Jepang yang rencananya ingin melakukan kerja sama luar negeri dan menanamkan modalnya di Indonesia. Selain itu, pembubaran ASPRI juga menjadi agenda. Ini adalah bukti bahwa pemuda Indonesia ketika itu masih memliki semangat persatuan dalam perlawanan imprealis dan penjajahan dalam bentuk apa pun. Mahasiswa dan pemuda juga melakukan aksi yang bersejarah melengserkan rezim Soeharto. Dalam wacana yang diangkat ketika itu adalah Soeharto menjajah negeri sendiri dengan tangan besi dan berupaya ‘menjual hak negeri’ melalui politik luar negerinya. Peristiwa reformasi yang diawali krisis moneter akibat utang luar negeri yang semakin besar ini menyebabkan kemarahan rakyat Indonesia. Ini adalah sebuah bukti kekuatan semangat pemuda Indonesia masih ada selagi sekulerisme dan sosialisme masih ada.

Pertanyaan yang kemudian timbul adalah: Kapan berakhir perlawanan kepada ideologi sekuler atau imprealisme ini? Jawabannya adalah ketika pemuda dan rakyat meninggalkan gerakan yang prakmatis. Yaitu gerakan yang hanya bersifat moral dan sosial saja. Gerakan yang hanya bersifat kritis terhadap pemerintahan tetapi tidak memberikan ideologi alternatif terhadap pemerintahan yang diyakini salah. Yang harus dilakukan saat ini adalah paling tidak dalam internal pemuda harus mampu mengideologisasikan diri dengan ideologi yang sesuai dengan fitrah dan juga mampu untuk selalau membongkar makar imprealis. Dan tidak lupa dengan memberikan ideologi alternatif dan sesuai dengan fitrah manusia, yaitu ideologi Islam. Dalam perwujudannya, Islam akan menggantikan ideologi di dunia ini yang dikuasai oleh AS. Dalam wujud institusi telah terbukti selama 13 abad lamanya dalam naungan daulah khilafah Islamiyah.

PEMUDA INDONESIA ABAD 21



Sumpah Pemuda merupakan salah satu tonggak sejarah yang sangat penting bagi bangsa kita ini yaitu Indonesia. Hal-hal yang terkandung dalam teks sumpah pemuda yaitu, bertanah air satu, berbangsa satu, dan berbahasa satu. Tiga hal tersebut merupakan faktor yang sangat penting bagi negara kita ini. Pernyataan tersebut membuat inspirasi saya, bagaimana perjuangan dan semangat pemuda dulu. Kemudian bagaimana pula kenyataan pemuda pada masa kini.


Sumpah pemuda dirumuskan oleh para pemuda-pemudi Indonesia, mereka menjadikan sumpah pemuda sebagai dasar untuk kembangkitan rasa nasionalisme. Perlu kita ketahui, Sumpah Pemuda tidak lahir begitu saja. Banyak hal yang melandasi para pemuda bertekad untuk bersatu. Mereka berpikir tidak akan bisa membuat Indonesia merdeka jika berjuang di kelompok sendiri.


Kegagalan dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia membuat mereka sadar bahwa rasa nasionalisme harus dipadukan. Karena itu, diadakanlah Kongres Pemuda I dan II. Mereka menjadi satu, menjadi “Pemuda Indonesia”.


Semangat persatuan para pemuda dulu harus diikuti dengan pemuda masa kini, yaitu dengan mengisi kemerdekaan. Bukankah kita-kita ini merupakan bagian dari pemuda Indonesia, yaitu pemuda generasi masa depan dengan meneruskan cita-cita para pemuda dahulu. Akan tetapi, hal tersebut bertolak belakang dengan pemuda zaman sekarang. Banyak para pelajar Indonesia saling berpecah bela, yaitu tawuran antar pelajar dimana-mana. Hal tersebut dikarenakan hal-hal yang sepele. Bukan para pelajar saja, pemuda Indonesia yang dipredikat sebagai manusia berintelektual pun juga ambil bagian dalam hal kerusuan, kerusakan, dan keanarkisan.


Bukankan inti dari sumpah pemuda, yaitu kita menjadi pemuda yang bersatu dan saling membantu dalam hal memperjuangkan kemerdekaan. Akan tetapi dalam kenyataannya mereka telah menghancurkan semangat Sumpah Pemuda. Permasalah beberapa pemuda zaman sekarang, bukan hanya emosi yang tak terkendali. Mereka juga bermental egois dan asyik dengan diri sendiri tanpa peduli dengan lingkungan. Mereka menjerumuskan diri ke dalam narkoba, hura-hura, dan pesta-pora. Menurut saya, pemuda zaman sekarang terlalu terlena dengan kemudahan kemudahan yang ada. Akibatnya, mereka terjerumus ke hal-hal yang negatif. Sebaiknya, mereka memakai kemudahan untuk meningkatkan kualitas diri-sendiri.


Akan tetapi untungnya tidak semua pemuda zaman sekarang seperti mereka, yang menghancurkan diri dan bangsanya. Masih banyak generasi penerus bangsa yang masih peduli dengan lingkungan dan menjunjung tinggi semangat Sumpah Pemuda. Banyak pemuda Indonesia masa kini yang berprestasi di bidang pendidikan, olahraga, teknologi, perdamaian, dan lain-lain.

Realisasi Pemuda Tempo Kini

Ernest Renan (1881), pernah mengungkapkan bahwa hakikat sebuah bangsa berinti dalam “Le desire de vivire ensemble atau keinginan untuk hidup bersama”, meskipun berada pada titik perbedaan rasial, agama, suku dan sebagainya. Membalik lembaran sejarah nusantara, gagasan dengan semboyan mempersatukan Nusantara. pernah terlontarkan dari Pati Gajah Mada ‘Sumpah Palapa’ sekitar 700 tahun lalu.
Dalam kontek kepemudaan, kemunculan golongan pemuda terdidik secara modern pada awal abad 20. Gagasan mempersatukan nusantara ke dalam sebuah negara kesatuan ‘Indonesia’ atau sense of nasionalism kembali di bumikan, di tandai dengan kemunculan organisasi Budi Utomo (1908). Di kenal sebagai motor dan cikal-bakal risalah pergerakan pemuda Indonesia.
Selang beberapa dekade kemudian, berdiri pelbagai organisasi kepemudaan bersifat kedaerahan. Seperti Jong Java (1918); Jong Celebes (1918); Jong Sumatra Bond (1917); Jong Islamieten Bond (1925); Jong Minahasa (1919); Sekar Rukun (1920); Jong Ambon (1918) dan lain-lain.
Kesadaran para pemuda bahwa perjuangan kedaerahan sangat minim memberikan arti signifikan dalam mempersembahkan kemerdekaan. Bahkan, terlihat semakin mundur dan mengalami kekalahan demi kekalahan. Sehingga, menumbuhkan benih-benih semangat untuk bersatu dengan meninggalkan paham kedaerahan. Lantaran itu, terselenggaralah kongres pemuda Indonesia pertama (30 April-2 Mei 1926).
Baru pada kongres pemuda kedua (27-28 Oktober 1928), para tokoh-tokoh pemuda kedaerahan berhasil merumuskan suatu nota kesepahaman berupa tiga kesepakatan, di kenal dengan ‘Sumpah Pemuda’:
Kami putra-putri Indonesia, berbangsa satu bangsa Indonesia
Kami putra-putri Indonesia, ber-Tanah Air satu Tanah Air Indonesia
Kami putra-putri Indonesia, berbahasa satu bahasa Indonesia
Pasca pelapasan sumpah pemuda, semangat perjuangan bersakala nasional semakin menggelora dan membakar dalam tubuh rakyat Indonesia. Tepat tanggal 17 Agustus 1945—sekitar tujuh belas tahun setelah itu—bangsa Indonesia keluar dari ketertindasan dan kungkungan penjajah lebih dari tiga abad.
Besar dan berat tantangan menghampiri pemuda tempo dulu, memberikan arti penting bagi mereka dalam membangun jiwa dan mental kuat sekaligus unggul. Letupan senapan dan getaran bom, bagi mereka bukan sesuatu hal menakutkan. Bahkan, mampu membangun full Spirit (semangat menggebu) dalam berjuang—dalam wujud pemikiran, gagasan maupun berperang—untuk keluar dari kungkungan dan penindasan kolonial penjajah.
Bukti konkrit, pemuda tempo dulu seperti: Soekarno, M. Hatta, M. Natsir, Jendral Soedirman, Bung Tomo, M. Yamin, Syafruddin Prawira negara, R.A. Kartini, Rohana Kudus dan lain-lain. Sebagian kecil contoh pemuda-pemudi tempo dulu terlahir di atas tantangan-tantangan besar. Lantaran itu, mereka muncul sebagai tokoh-tokoh besar bahkan nama harum mereka mampu melintasi The History of World Civilization (sejarah peradaban dunia).
Bagi pemuda tempo dulu, perjuangan merupakan keharusan dan panggilan jiwa. Sudah barang tentu membutuhkan sebuah pengorbanan. Tak terhitung berapa banyak pemuda menjadi korban dalam perjuangan melepaskan bangsa ini keluar dari ketertindasan kaum penjajah. Realitas ini, sebagai salah satu bentuk pengorbanan berharga, pantas untuk di hargai dan jadikan catatan penting dalam lintasan sejarah bangsa Indonesia.
Selama 82 tahun sudah Sumpah Pemuda di kumandangkan, pergeseran peranan dan kecendrungan para pemuda kekinian, secara terbuka telah menenggelamkan esensi dan isi dari peristiwa penting sumpah pemuda dari hakikat sebenarnya. Bahkan telah mengikiskan nilai-nilai serta kepribadian bangsa Indonesia. Ternyata, penjajahan modern mampu memporak-porandakan moralitas dan kepribadian pemuda Indonesia.
Kebenaran Istilah ‘Menguasai informasi mampu menguasai dunia’ hari ini telah terbukti. Teknologi informasi telah menggerogoti moralitas dan membawa pemuda Indonesia berkiblat pada kehidupan hedonisme dan materealisme ala barat, resiko terbesar dapat membunuh sense of social atau rasa sosial. Hal ini, menjadi tantangan besar bangsa Indonesia dalam membangun generasi muda masa depan keluar dari ketertiduran dan keterlenaan berkepanjangan.
Di ulang tahun Sumpah Pemuda ke-82 ini, momen tepat bagi pemuda Indonesia tempo kini untuk evaluasi dan menjadikan tolak ukur bahwa tantangan masa kini secara jelas tak kalah besar bahkan lebih berat dengan tantangan pemuda tempo dulu. Walaupun, tantangan pemuda tempo kini lebih bersifat abstrak. Karena itu, dalam menghadapi penjajahan kolonialisme modern. Beberapa poin penting harus direalisasikan pemuda tempo kini.
Pertama, meneguhkan kembali sense of reform atau kepekaan untuk berubah. Secara de facto, mayoritas generasi muda Indonesia tengah terjerembab pada budaya pop (Pop Culture). Tradisi tersebut, semakin mengikiskan rasa kepercayaan diri serta menjauhkan pemuda Indonesia tempo kini dari kepekaan terhadap kondisi dan permasalahan bangsa hari ini.
Kedua, revitalisasi atau membangun kembali kebanggaan terhadap budaya, moralitas serta kepribadian asli bangsa Indonesia. Realita membahasakan bahwa generasi muda Indonesia hari ini, lebih bangga menggunakan budaya, moralitas bahkan kepribadian eksport (westernisasi). Degradasi menimpa generasi muda dari pelbagai arah ini, harus menjadi catatan penting untuk di evaluasi.
Ketiga, bercermin dari sejarah vitalitas perjuangan generasi muda tempo dulu. Dalam menghadapi pelbagai tantangan, pemuda tempo kini sudah barang tentu harus menjadikan pemuda tempo dulu sebagai kaca spion untuk membantu dalam menghindari kecelakaan sejarah. Sejarawan Perancis, Mona Ouzouf pernah mengatakan peringatan sejarah lebih untuk mengingatkan semua orang bahwa "kita semuanya tetap sama seperti dulu dan ingin tetap sama di masa datang".
Keempat, menumbuhkan kesungguhan dalam menempuh pendidikan—scientific dan teknologi, keterampilan, kreativitas dan sebagainya. Keterpurukan dunia pendidikan Indonesia secara free fall atau terjun bebas ke posisi sangat memprihatinkan perlu menjadi pukulan ataupun teguran terhadap generasi muda Indonesia tempo kini untuk bangkit dan membangun kembali vitalitas dalam menjalani pendidikan.
Kelima, menjadi teladan dan kebanggan generasi mendatang. Image mengagumkan dan keluar dari keterpurukan moralitas serta mewariskan nama harum, sangat diperlukan bagi generasi muda tempo kini agar dapat berhadir di tengah-tengah generasi muda masa depan sebagai suri tauladan dan kebanggan.
Keenam, Pemuda tempo dulu berjuang dalam mempersatukan dan mempersembahkan kemerdekaan bagi bangsa Indonesia, pemuda tempo kini berjuang dalam mengembalikan eksistensi, kredibilitas, martabat serta kepribadian bangsa Indonesia di mata dunia

Pemuda Kini dan Pemuda Tempoe Dulu

Tanggal 28 Oktober merupakan sebuah tanggal yang tak asing lagi dan selalu diperingati dengan cukup meriah di Indonesia, bukan karena tanggal ini memiliki nomor yang cantik dan mudah dihafaln ataupun apa, namun pada tanggal itu diperingati sebagai hari Sumpah Pemuda. Kalo dilihat dari namanya Hari Sumpah Pemuda memang sudah tidak asing lagi di telinga orang-orang Indonesia. 82 tahun yang lalu, Pada tanggal yang sama yaitu 28 Oktober, para pemuda khususnya pelajar-pelajar dari seluruh Indonesia, berkumpul dalam suatu rapat akbar yaitu Kongres Pemuda II, yang diselenggarakan atas inisiatif PPI (Perhimpunan Pelajar Indonesia), Rapat tersebut akhirnya menghasilkan 3 butir poin penting,yaitu:
PERTAMA. Kami Poetera dan Poeteri Indonesia, Mengakoe Bertoempah Darah Jang Satoe, Tanah Indonesia.
KEDUA. Kami Poetera dan Poeteri Indonesia, Mengakoe Berbangsa Jang Satoe, Bangsa Indonesia.
KETIGA. Kami Poetera dan Poeteri Indonesia, Mendjoendjoeng Bahasa Persatoean, Bahasa Indonesia.
Sebelum tercetus 3 rumusan penting itu, tepatnya pada Kongres Pemuda II, pemuda-pemuda di Indoesia telah melakukan perbincangan-perbincangan untuk membicarakan pentingya persatuan bangsa bagi perjuangan menuju kemerdekaan. Salah satunya Kongres Pemuda I yang telah berlansung sebelum Kongres Pemuda II, tepatnya 30 April-2 Mei 1926
Kenyataannya, ketiga poin penting yang tercantum dalam isi sumpah pemuda itu,memang masih diseru-serukan setiap tanggal 28 Oktober, namun nampaknya pemuda saat ini khususnya pelajar SMA tidak menyadari makna penting dari kalimat yang terkandung dari ketiga poin itu, faktanya saat ini, semangat persatuan yang dimiliki pemuda 82 tahun lalu dan saat ini sangat jauh berbeda, pemuda jaman dahulu saling berkumpul untuk membicarakan bagaimana cara menjalin persatuan, saling bertukar pikiran dan ide, saling menghargai pendapat satu sama lain dan menyatukan ide yang berbeda, semua itu memang terasa indah, dimana sikapa saling toleransi ada, sikap kerukunan ada, tapi keadaan itu sudah sungguh sangat berbeda dari keadaan saat ini, dimana pemuda saat ini khususnya Pelajar SMA sering sekali melakukan tawuran. Padahal sesama Pelajar SMA yang seharusnya memiliki intelektualitas, rasa saling persaudaraan tinggi ternyata saling baku hantam satu sama lain. Anarkisme dan perilaku destruktif tersebut tentunya sangat bertentangan dan berbanding terbalik dengan semangat dan jiwa Sumpah Pemuda. Pemuda zaman dahulu memeras otak untuk memikirkan bagaimana cara mempersatukan semua elemen pemuda di Indonesia, namun pemuda saat ini malah melakukan kegiatan yang merusak persatuan dan kesatuan, yang sama saja artinya bahwa pemuda saat ini sudah menghancurkan mimpi dan ide-ide pemuda terdahulu untuk mencapai persatuan.
Memang dahulu sumpah pemuda dijadikan sebagai senjata ampuh untuk merebut kemerdekaan dari tangan penjajah. Saat ini memang negara Indonesia sudah merdeka, namun dengan merdekanya negara ini, bukan berarti para pemuda khususnya kita sebagai Pelajar SMA harus berpangku tangan saja meratapi keadaan negara ini, ataupun malahan merusak persatuan yang telah menjadi mimpi pemuda terdahulu, tapi alangkah baiknya jika kita sebagai Pelajar SMA yaitu seorang pemuda yang juga sama terpelajarnya dengan pemuda terdahulu untuk menyumbangkan ide-ide kreatif yang dapat merubah keadaan negeri ini menjadi lebih baik dari sebelumnya.
Sebagai Siswa SMA, sebaiknya kita memiliki ide-ide briliant, untuk merubah keadaan negeri ini, kita mulai saja dari keadaan remaja saat ini, remaja kita saat ini termasuk remaja yang sangat suka sekali dengan hal-hal yang berbau orientasi seksualitas, pornografi, dan pornoaksi. Sebenarnya bukan hanya remaja, bahkan dari anak-anak sampai orang dewasa pun sangat menyukai semua hal-hal yang masih berbau dan bertemakan pornografi. Hal tersebut dapat dilihat dari merebaknya kasus pornografi di negeri ini. Tentunya kita masih ingat kasus video porno artis papan atas, itu merupakan salah satu contoh bahwa negeri ini masih menyukai hal-hal yang berbau pornografi. Seharusnya kita dapat memiliki ide-ide untuk dapat mengalihkan perhatian masyarakat Indonesia, dari masyarakat yang suka hal-hal yang berbau pornografi dan pornoaksi menjadi masyarakat yang lebih aktif dan kritis serta memiliki wawasan yang luas. Misalnya kita dapat mengadakan seminar-seminar tingkat nasional dengan peserta pelajar SMA, ataupun seminar mengenai bahaya narkoba, dll. Hal lain yang dapat dilakukan adalah dengan mengisi kemerdekaan ini dengan prestasi-prestasi tingkat nasional maupun internasional yang dapat mengharumkan nama bangsa ini.. ayo teruslah bangkit para pemuda generasi penerus bangsa ini.....Semangat!!

Bersama Menteri BUMN, Menpora Buka Speedy Tour d'Indonesia 2010

Jakarta: Minggu (24/10) pagi, Menpora Andi Mallarangeng bersama Menteri BUMN Mustafa Abubakar membuka lomba balap sepeda terbesar, Speedy Tour d'Indonesia 2010 di Pintu Satu, Senayan, Jakarta. Pembukaan ditandai dengan keikutsertaan kedua menteri ini mengayuh sepeda bersama seluruh peserta.
Sebelum membuka acara, Menpora bersama Menteri BUMN disuguhi pertunjukkan tari-tarian khas Jakarta, setelah itu baru kedua menteri menyampaikan sambutan pembukaan Speedy Tour d'Indonesia yang sudah dilaksanakan ketiga kalinya. Menurut Menpora, dirinya cukup senang sekali olahraga balapa sepeda sekarang ini memiliki perkembangan yang pesat.
"Balap sepeda sekarang ini sudah menjadi kebangaan bagi seluruh rakyat Indonesia. Semua masyarakat sekarang ini setiap hari libur selalu menyempatkan diri bersepeda. Oleh karena itu saya mengucapkan banyak terima kasih kepada BUMN yang terus mendukung olahraga kita untuk maju. Saya harapkan Speedy Tour d'Indonesia ini menjadi ajang bagi cabor balapa sepeda untuk menyumbangkan medali di ajang SEA Games 2011 nanti," kata Menpora.
Sementara, Menteri BUMN Mustafa Abubakar mengatakan akan terus mendukung penuh perkembangan dunia olahraga di Indonesia. "Semoga saja ajang balap sepeda bergengsi ini jadi spirit untuk menyongsong sukses Indonesia menjadi tuan rumah SEA Games 2011 nanti," kata Mustafa. Ikut hadir pada acara pembukaan Speedy Tour d'Indonesia itu yakni, Miss Earth 2009 asal Brasil, Larissa Ramos. Speedy Tour d'Indonesia adalah event balap sepeda yang diikuti 17 tim dengan memperlombakan 10 etape yang akan dimulai 24 Oktober - 3 November.

Teknologi Dan Pendidikan Pada Zaman Kini dan Dulu

Dahulu kala di zaman yang kata orang serba susah, di zaman yang katanya orang makan pelepah daun pisang dan sebagainya, pendidikan merupakan hal yang penting di kalangan kaum pemuda saat itu. Tengok saja Sukarno, Hatta, Sutomo, dan yang lainnya. Ditengah zaman yang carut-marut dalam arti sebenarnya, mereka-mereka masih memikirkan pendidikan. Tanpa buku yang layak untuk belajar, (kalaupun ada hanyalah “sabak”). Tanpa ada kesempatan yang luas untuk saling berbagi dan berdiskusi tentang suatu topik. Kesempatan bangsa ini sangat terbatas untuk belajar. Hanya orang-orang tertentu yang diperbolehkan Belanda untuk sekolah. Itupun hanya tingkat rendah. Selebihnya jika ada beberapa pemuda zaman dulu yang belajar hingga tingkat tinggi adalah hasil dari perjuangan mereka yang sangat gigih.

Bila malam, mereka tentu tidak bisa belajar. Tahu sendirilah bagaimana PLN saja saat itu belum lahir. Belum lagi bila ada pergolakan yang terjadi. Maklum saja, zaman perang memang tidak bisa diprediksi dengan baik. Maksud hati ingin belajar, eh keadaan keamanan sedang gawat. Jadi, ya tahu sendirilah bahwa selain waktu yang sangat terbatas untuk belajar, kesempatan untuk semakin mengembangkan diri juga tidak ada. Mereka memang nyaris tidak pernah tersentuh oleh teknologi.

Namun jika kita mau terus menelusuri pejuang-pejuang kita, ada hal yang semestinya bisa kita ambil untuk kita jadikan pelajaran. Tengok saja pendahulu-pendahulu kita. Mereka tidak kalah cerdasnya dengan kita. Bahkan mereka dengan segala keterbatasan mereka bisa melampaui paradigma pemuda sekarang yang mungkin terlalu dimanja oleh teknologi. Mampu menembus level dunia internasional. Tengok saja Bung Karno yang pidato di PBB dengan gagahnya. Atau utusan-utusan dari Indonesia yang konferensi di Den Haag Belanda. Sungguh suatu prestasi yang sangat bagus.

Dalam dunia pendidikan kita di masa kini, teknologi membawa dampak yang sangat kuat. Nyaris semua bidang pendidikan masa kini sudah tersentuh oleh teknologi. Mulai dari yang paling sederhana sekalipun sudah tersentuh oleh teknologi. Contohnya adalah adanya sebuah web site ataupun web log yang mengusung tema pendidikan dengan segala pernak-perniknya. Semua hal yang bersifat pendidikan diulas dan dibahas habis sampai ke akarnya.

Contoh dari web site yang mengusung tema pendidikan misalnya http://www.e-smartschool.com/, http://www.e-dukasi.net, dan lain-lain. Web-web tersebut konsisten mengusung pendidikan sebagai temanya. Apapun alasan dibalik realita tersebut tidaklah jadi soal. Yang paling utama dari semua itu adalah bahwa pendidikan yang notabene hal membosankan bagi kebanyakan orang, ternyata masih mendapatkan tempat.

Namun peranan teknologi di zaman kini belumlah bisa dimaksimalkan oleh pemuda kita. Sebagai bukti, tengok prestasi kaum pendahulu kita dengan segala keterbatasannya. Bandingkan dengan semakin manjanya pemuda kita dengan teknologi tetapi kurang prestasi. Bukan maksud untuk mengecilkan peranan pemuda masa kini, tetapi paling tidak semoga tulisan ini mampu membangkitkan semangat pendidikan di era teknologi.

Pemuda Indonesia, Generasi Apolitis yang Optimistis

Apolitis, tetapi ingin populer dan mementingkan kekayaan di tengah konteks pertemanan global.” Itulah gambaran pemuda Indonesia saat ini yang hidup dalam komunitas maya akibat perkembangan teknologi telekomunikasi sebagaimana terpotret dari hasil jajak pendapat Litbang Kompas.
Pemuda Indonesia, engkau pahlawan dalam hatiku! Demikian ungkap Bung Hatta, Proklamator Kemerdekaan Republik Indonesia, dalam salah satu pidatonya yang terkenal bertajuk ”Fajar Menyingsing”.
Di depan massa dalam pembukaan Rapat Besar di Lapangan Ikada, Jakarta, tanggal 11 September 1944, secara khusus Bung Hatta menyoroti betapa pentingnya peran pemuda sebagai harapan bangsa. ”Saya percaya akan kebulatan hati pemuda Indonesia, yang percaya akan kesanggupannya berjuang dan menderita,” papar Hatta.
Generasi muda tidak hanya diklasifikasikan sebagai lapisan masyarakat berusia muda, tetapi lebih jauh dari itu selalu digambarkan sebagai sebuah generasi yang diisi oleh sosok-sosok yang penuh idealisme, berani berkorban, berani menderita, dan menjadi pelopor setiap perubahan sosial ataupun politik untuk kepentingan bangsanya.
Namun, kini setelah lebih dari satu abad Kebangkitan Nasional, menjelang 81 tahun setelah Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928, dan lebih dari 63 tahun setelah kemerdekaan 17 Agustus 1945, pemuda menggariskan tantangannya sendiri. Bagaimanakah sosok pemuda masa kini?
Jajak pendapat Kompas yang dilaksanakan di 10 kota besar di Indonesia mencoba untuk mengungkap bagaimana sosok pemuda perkotaan berusia 16-30 tahun dalam memandang diri dan kehidupannya, baik untuk saat ini maupun masa depan. Selain itu, juga diungkap bagaimana pemuda masa kini dalam memandang berbagai persoalan yang ada di masyarakat. Rentang usia 16-30 tahun ini mengambil kriteria pemuda berdasarkan RUU Kepemudaan, yang baru-baru ini disetujui DPR untuk segera disahkan.
Generasi terbuka
Hasil jajak pendapat Kompas menunjukkan bahwa di masyarakat perkotaan Indonesia telah muncul satu generasi muda baru yang sangat melek dengan perkembangan teknologi di bidang informasi dan telekomunikasi. Komputer, laptop, internet, dan aneka jenis telepon genggam sudah sangat akrab dan menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan mereka sehari-hari saat ini.
Tidak kurang dari 81 persen responden mempunyai kebiasaan mengakses internet dan sekitar 69 persen responden terbiasa mengirim dan menerima surat elektronik (e-mail) dalam kehidupan sehari-harinya. Kedua hal ini menunjukkan bahwa mayoritas responden pemuda sangat akrab dengan dunia maya. Internet tak hanya digunakan sebagai sarana untuk mengakses informasi, tetapi juga digunakan sebagai sarana komunikasi dan berinteraksi sosial.
Selain digunakan untuk menerima dan mengirim pesan instan (chatting), belakangan ini situs jejaring sosial, seperti Facebook, Twitter, atau sebelumnya Friendster dan MySpace, telah menjadi media komunikasi dan interaksi sosial baru yang turut membentuk karakter sosial dan alam pikir pemuda. Facebook, misalnya, saat ini menjadi situs jejaring sosial yang paling banyak diminati di Indonesia, terutama di kalangan muda.
Menurut situs CheckFacebook.com, dari sekitar 303 juta pengguna Facebook di dunia, 10,8 juta di antaranya adalah pengguna dari Indonesia. Jumlah pengguna di Indonesia ini meningkat dengan sangat pesat karena pada pertengahan tahun 2008 penggunanya baru sekitar 300.000 orang.
Tingginya minat masyarakat terhadap situs jejaring sosial itu tecermin dari hasil jajak pendapat kali ini. Tiga dari empat responden kategori pemuda adalah pengguna situs jejaring sosial, yang kebanyakan adalah Facebook. Adapun lebih kurang separuh responden pemuda (48 persen) selain sebagai pengguna, juga membuat profil pribadi di situs jejaring sosial itu.
Persentase responden pemuda yang memiliki profil pribadi ini jauh lebih besar apabila dibandingkan dengan responden berusia di atas 30 tahun yang hanya sekitar 21 persen. Hal ini mengindikasikan responden pemuda lebih berani membuka dirinya kepada orang lain ketimbang generasi di atasnya.
Mandiri dan produktif
Tidak hanya melek teknologi dan lebih terbuka, hasil jajak pendapat ini juga mengungkapkan bahwa pemuda saat ini sangat optimistis dalam menghadapi tantangan kehidupan masa depannya. Dalam soal penghasilan, misalnya, kendati separuh dari responden pemuda yang bekerja merasa uang yang mereka terima saat ini masih belum sesuai dengan yang diharapkan, hampir semua responden (94 persen) yakin, pada masa depan, mereka akan mendapatkan penghasilan sesuai dengan yang diharapkan.
Sikap optimistis itu juga ditunjukkan sewaktu mereka diminta untuk memersepsikan kondisi yang dialaminya dengan kondisi yang dialami pemuda generasi sebelumnya, sekitar 20 tahun yang lalu, dalam beberapa persoalan. Rata-rata lebih dari dua per tiga pemuda saat ini berani memastikan, dibandingkan dengan nasib pemuda pada masa lalu, saat ini mereka mempunyai kesempatan yang lebih baik mulai dari hal untuk mendapatkan gaji yang tinggi, kehidupan yang menyenangkan, kemudahan membeli rumah, ikut serta dalam melakukan perubahan sosial, mendapatkan pendidikan yang baik, menikmati jaminan keuangan, hingga soal kebebasan seks.
Di samping bersikap optimistis, sebagian besar responden berani mengklaim, mereka adalah generasi yang unik dan berbeda dengan generasi lainnya. Untuk mendeskripsikan keunikan generasi mereka, sebagian besar responden menggunakan kata ”sukses dan mandiri”.
Selain itu, sebagian dari mereka menilai dirinya sebagai generasi ”produktif”. Di sisi lain, untuk menegaskan keunikan generasi mereka sebagai generasi yang lebih maju, sebagian besar pemuda menilai generasi orangtuanya adalah generasi ”kuno” atau ”jadul” (jaman dulu).
Pragmatis dan apolitis
Keunikan atau ciri khas pemuda sekarang yang lain adalah sikap pragmatisme. Ini terlihat dari harapan atau cita-cita yang ingin dicapai pada masa depan dan pandangan generasi ini terhadap persoalan yang dianggap penting bagi mereka saat ini.
Persoalan keuangan dan karier adalah persoalan paling utama bagi generasi muda saat ini. Menurut pandangan mereka, sebagian pemuda generasi mereka saat ini bercita-cita ingin menjadi kaya dan terkenal. Hanya seperempat bagian responden yang menilai generasi muda sekarang masih idealis, yakni ingin membantu orang yang memerlukan dan yang bercita-cita menjadi pemimpin di komunitasnya (lihat grafik).
Sikap pragmatisme sebagian besar pemuda yang lebih mengedepankan kepentingan pribadi, yakni ingin kaya, terkenal, dan sukses dalam karier, berbanding terbalik dengan rendahnya partisipasi pemuda di bidang politik dan kemasyarakatan. Ketertarikan untuk terjun di bidang politik, seperti menjadi anggota partai politik ataupun anggota legislatif, sangatlah rendah. Tidak hanya itu, sebagian besar pemuda ternyata juga tidak tertarik untuk aktif di bidang sosial, seperti menjadi anggota organisasi kemasyarakatan, organisasi pemuda, dan lembaga swadaya masyarakat.
Tampaknya memang telah terjadi perubahan dan pergeseran nilai yang membentuk generasi pemuda saat ini, terutama dalam memandang realitas kehidupannya. Selain tantangan berbeda yang dihadapi pemuda saat ini, beragamnya referensi sebagai dampak dari kemajuan teknologi dan luasnya pergaulan mereka juga membuat cara pandang dan sikap mereka dalam menghadapi berbagai persoalan yang ada menjadi berbeda.
Salah satu dampaknya adalah pemuda saat ini cenderung menjadi lebih pragmatis dan kurang peduli terhadap persoalan di luar dirinya. Namun, apabila pemuda bisa merespons berbagai tantangan ke depan itu dengan tepat dan menggunakan berbagai referensi yang ada secara bijak, bangsa ini ke depan masih bisa berharap banyak pada mereka.

PENGHARGAAN BAGI TELKOM

Speedy dan Flexi, dua produk unggulan PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk (TELKOM) meraih “Indonesian Customer Satisfaction Award (ICSA) 2010” masing-masing untuk kategori Internet Service Provider Wireline/Fixed dan Simcard Pascabayar Fixed Wireless Access. Penghargaan diserahkan oleh Chairman Frontier Consulting Group, Handi Irawan kepada Direktur Konsumer TELKOM, I Nyoman G Wiryanata, di Ballroom Shangri La Hotel Jakarta, Senin (4/10).

Pada malam penghargaan ICSA 2010 tersebut, anak perusahaan TELKOM, yakni Telkomsel juga meraih beberapa penghargaan. Simpati meraih penghargaan untuk kategori Simcard Prabayar Selular, Kartu Halo meraih penghargaan kategori Simcard Pascabayar Selular. Sedangkan Telkomsel Flash meraih penghargaan ICSA untuk kategori Internet Service Provider Wireless/Mobile.

ICSA yang tahun ini memasuki tahun ke 12 tersebut merupakan penghargaan bagi merek-merek terbaik di Indonesia dalam hal kepuasan pelanggan. Vice President Public and Marketing Communication TELKOM, Eddy Kurnia mengatakan, TELKOM berterima kasih karena Speedy dan Flexi masih dipandang sebagai merek-merek terbaik Indonesia.Pada tahun 2009 lalu, Speedy juga meraih penghargaan ICSA untuk kategori Internet Service Provider Wireline/Fixed.

Lebih lanjut Eddy Kurnia mengatakan, daya saing perusahaan di Indonesia akan ditentukan oleh bagaimana perusahaan mampu mendeliver produk dan jasa yang berkualitas, yang mampu memberikan kepuasan terhadap pelanggan.

ICSA adalah sebuah event yang diselenggarakan Majalah SWA dan Lembaga riset kepuasan pelanggan, Frontier, beserta Swanetwork yang melakukan riset kepuasan pelanggan terhadap suatu merek dengan menggunakan empat parameter yaitu kepuasan terhadap kualitas produk atau pelayanan (Quality Satisfaction Score/QSS), kepuasan terhadap harga berdasarkan kualitas yang diterima (Value Satisfaction Score VSS), persepsi tingkat kebaikan dari merek yang digunakan atau dikonsumsi secara keseluruhan dibandingkan dengan merek-merek lainnya (Perceived Best Score/PBS), dan kemampuan merek tersebut dalam memenuhi ekspektasi pelanggan dimasa mendatang (Expectation Score/ES.

Produk-produk yang memenangkan ICSA, berdasarkan hasil survei. Jadi pemilihan pemenang dalam ICSA ditentukan langsung oleh suara konsumen. Hasil ICSA juga diperoleh dari survei berskala besar yang melibatkan 7.200 responden random ditambah 1.200 responden booster di enam kota besar di Indonesia yakni Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya, Medan dan Makassar.

Penghargaan yang diraih oleh layanan internet cepat Speedy dan layanan FWA Flexi inimemang memberi angin segar bagi TELKOM di tengah persaingan yang semakin ketat. “ TELKOM berterima kasih atas kepercayaan yang telah diberikan oleh para pelanggan yang setia menggunakan layanan ini,” ujar Eddy Kurnia. Pernghargaan tersebut menurutnya tidak akan membuat perusahaan cepat berpuas diri, TELKOM akan terus berusaha untuk memperbaiki mutu layanan.

Flexi dan Speedy
Layanan Flexi yang pada tahun 2009 diestimasi mencapai 15,7 juta satuan sambungan (SS) pelanggan dengan market share 56%, diproyeksikan tumbuh menjadi sekitar 17,2 atau 17,5 juta juta SS pada akhir 2010 dengan penambahan bersih (net add) 1,5-1,8 juta SS. Untuk mencapai target tersebut, ujar Eddy Kurnia, TELKOM akan berusaha melakukan penambahan alat produksi dengan memperhitungkan ketepatan waktu pengiriman, kualitas, kuantitas dan jangkauan (coverage). Bila proyeksi ini terwujud, maka pangsa pasar Flexi akan menjadi sekitar 57%.

Dari sisi layanan, Flexi akan diperkaya dengan beberapa nilai tambah seperti message list, akses data berbasis waktu (Time-based Pocket Data Network), transfer pulsa, long SMS, background music, Combo Plus, dan lain-lain. Selain program bundling hand set yang terbukti disambut hangat pelanggan, TELKOM akan lebih mengoptimalkan layanan data lewat produknya: Flexinet Unlimited.

Pada posisi Triwulan III 2009, pelanggan Flexi tumbuh cukup meyakinkan, yakni mencapai 63%. Atau peningkatan dari hanya 9,2 juta pelanggan pada Triwulan III 2008, menjadi 14,9 juta pada Triwulan III 2009. Peningkatan jumlah pelanggan tersebut, menurut Eddy Kurnia antara lain disebabkan tarif percakapan yang kompetitif dan penambahan BTS (Base Tranceiver Station). Total BTS Flexi hingga saat ini mencapai 5.296 BTS atau tumbuh sebesar 66%.

Dari sisi penetapan harga (pricing), program SurePrice! yang menawarkan tarif hubungan lokal antarpengguna Flexi hanya Rp 49 per menit akan dipertahankan. Sehingga lebih memantapkan positioning Flexi sebagai layanan telepon yang murah dan berkualitas.

Untuk broadband Speedy yang pada posisi akhir 2009 diestimasi mencapai 1,1 juta SS, pada akhir 2010 diproyeksikan bertambah 600 hingga 700 ribu SS menjadi antara 1,7 hingga 1,8 juta SS. Proyeksi yang cukup menantang ini menurut Eddy Kurnia tentunya selain menuntut pengerahan dukungan ketersediaan dan kualitas alat produksi yang optimal, juga mensyaratkan promosi yang gencar dan tepat sasaran.

Dari sisi pemasaran, program pricing Speedy Multi Speed yang menawarkan paket murah koneksi Internet Speedy sesuai dengan kecepatan yang dipilih pelanggan akan dilanjutkan. Pada saat bersamaan, lanjutnya, TELKOM terus melakukan kajian seksama tentang perluasan pemasaran bersama untuk meningkatkan nilai (value) layanan kepada pelanggan. Saat ini Speedy telah melakukan pemasaran bersama dengan YesTV dan Telkomsel Flash.

Dijelaskan Eddy Kurnia, produk unggulan TELKOM lain yang memperlihat perkembangan cukup pesat, adalah FlexiNet Unlimited yakni akses internet mobile dengan biaya akses yang murah mulai dari Rp 2.500 per hari. Target pelanggan FlexiNet Unlimited pada 2010 mencapai 1,7 juta s.d 2,1 juta pelanggan. Saat ini pelanggan FlexiNet Unlimited telah mencapai 1,2 juta SSF.

Penghargaan ICSA 2010 untuk Speedy dan Flexi tersebut menurut Eddy Kurnia makin mengukuhkan TELKOM untuk menjadi perusahaan telekomunikasi terdepan.